KORANMILITER - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merupakan pasukan elit yang dimiliki Indonesia berada dibawah naungan TNI-AD. Berbagai prestasi telah diukir oleh pasukan khusus ini, hingga keberadaan mereka cukup diperhitungkan oleh lawan-lawan nya.
Pasukan baret merah ini memiliki segudang pengalaman operasi, salah satunya adalah sebuah kisah saat sebuah regu baret merah berhasil menangkap agen yang diduga sebagai pemasok senjata ke Organisasi Papua Merdeka (OPM) melalui Papua Nugini pada Tahun 1980-an.
Operasi khusus ini bermula pada tanggal 02 oktober 1984, disaat pos TNI yang berada di Muaratami, Kabupaten Jayapura diserang segerombolan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kontak senjata pun terjadi antara 16 personel TNI yang berasal dari Batalyon 712 Kodam Merdeka dengan gerombolan OPM yang Menyerang. Alhasil, seorang anggota OPM tewas tertembak. Mayat nya ditinggal lari oleh rekannya.
Saat personel TNI melakukan pemeriksaan dan penyisiran pasca kontak senjata tersebut, mereka menemukan seorang anggota OPM yang tewas dengan menggunakan kaos yang bergambar peta PNG dan mendapati sebuah AK-74 buatan uni soviet, serta sebuah granat tangan pada mayat si OPM yang tewas itu. Senapan dan granat tersebut ditemukan dalam keadaan masih baru.
Penemuan sepucuk senapan dan granat baru itu menimbulkan pelbagai pertanyaan. dari mana opm bisa memperoleh senjata baru itu ?? siapa yang memasok senjata tersebut??
Baca Juga : Danjen Kopassus Lantik Sebanyak 177 Prajurit Kopassus Angkatan 102
Pada awalnya, TNI sudah mendapatkan informasi intelijen bahwa ada pihak yang memasok senjata kepada opm melalui wilayah png. Saat hal itu dipertanyakan ke pemerintahan Papua Nugini, mereka menjawab tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. begitu juga pihak Australia, yang juga diduga memberikan dukungan persenjataan kepada opm, pihak Australia tetap menyanggah keterlibatan mereka dalam memasok senjata tersebut.
Kemudian, Pangdam Cenderawasih saat itu, Brigjen Raja Kamil Sembiring Meliala, mendapat laporan intelijen bahwa beberapa kali ada helikopter yang datang dengan pintu terbuka di dekat kamp pelintas batas di blackwater, dekat vanimo, png. Helikopter tersebut menurunkan bahan makanan juga peti-peti panjang yang diduga berisi senjata. Dari informasi intelijen juga tni mendapat laporan bahwa penumpang helikopter yang berkulit putih ikut dalam helikopter tersebut. Artinya, bukan orang papua ataupun png yang terlibat dalam memasok senjata kepada opm.
Kemungkinan adanya pengiriman senjata oleh pihak asing kepada opm memang tidak dapat dipungkiri, tetapi kecurigaan itu harus dapat dibuktikan.
Pangdam Cendrawasih kemudian melaporkan masalah ini ke mabes AbRI. Panglima ABRI saat itu, Jenderal LB Moerdani memutuskan untuk mengambil langkah sendiri untuk mengidentifikasi siapa dan negara mana yang melakukan hal itu. Langkah yang diambil Jenderal LB Moerdani ialah dengan cara menyusupkan pasukan komando masuk ke wilayah png tanpa permisi ataupun diketahui oleh otoritas png.
Tugas tersebut kemudian dipercayakan kepada satuan 81 Kopassandha (nama kopassus waktu itu) yang dipimpin oleh mayor infanteri Prabowo Subianto. Sasaran mereka adalah suatu lokasi di wilayah png, sekitar 50 km dari tapal batas perbatasan dengan Indonesia. Pasukan ini berangkat dari Jayapura dengan helikopter, kemudian sampai di suatu tempat dan melanjutkan misi dengan perahu karet agar tidak terdeteksi otoritas png.
Perjalanan dini hari yang dilakukan dengan menggunakan perahu karet menuju lokasi sasaran terhadang oleh besarnya ombak di perairan png. Hingga membuat seorang anggota kopassandha terluka cukup parah untuk mempertahankan perahu dari terjangan ombak. Akhirnya, satuan Kopassus ini berhasil sampai di titik pendaratan dan langsung bergerak menuju lokasi sasaran.
Pasukan komando ini segera mencari tempat-tempat yang dicurigai sebagai lokasi penimbunan pasokan senjata. tetapi, hasilnya nihil. Tugas operasi belum selesai, mereka harus bisa mendapatkan bukti seperti perintah dari Jakarta. Mereka pun melanjutkan operasi khusus tersebut. Setelah menunggu selama dua hari dua malam, akhirnya mangsa yang ditunggu pun muncul dengan cara sembunyi - sembunyi.
Dua orang kulit putih muncul dari balik rimbunnya hutan png. Mereka tanpa sadar melintasi posisi pasukan baret merah yang sedang mengintai mereka. tanpa membuang waktu, kedua pria berkulit putih ini pun ditangkap. setelah diperiksa dan diinterogasi, keduanya pun mengaku sebagai "agen" Australia. mereka juga menunjukkan lokasi tempat helikopter australia yang memasok senjata dan amunisi untuk OPM.
Baca Juga : Beginilah Kerasnya Pendidikan Menjadi Prajurit Kopassus
Kedua agen Australia itupun kemudian dibawa secara rahasia ke wilayah Papua, Indonesia. kemudian, keduanya diterbangkan dan ditahan di Jakarta. Pemerintah Indonesia memberitahukan kepada pemerintah Australia soal keterlibatan agen negeri kanguru itu dalam memasok senjata untuk OPM di wilayah png. Beberapa bulan kemudian, keduanya diekstradisi ke negara asalnya.
Tidak diketahui secara pasti, apakah benar kedua pria berkulit putih tersebut adalah agen pemerintah Australia, atau hanya bagian dari pihak - pihak tertentu di australia yang memberikan dukungan kepada OPM. sejak saat itu dikabarkan pemerintah Australia kehilangan muka karena keterlibatannya ditelanjangi oleh pasukan khusus Indonesia
Mereka tidak pernah menyangka kalau kopassus mampu melakukan operasi jauh di dalam wilayah musuh. bahkan, tidak menutup kemungkinan Kopassus juga bisa beroperasi di pedalaman Australia tanpa terdeteksi. Hal inilah yang kemudian membuat tentara asal negeri kanguru tersebut cukup memperhitungkan Indonesia bila ingin mencari masalah dengan Indonesia.
(*sumber : buku “Kopassus : inside Indonesia special forces” karya Ken Conboy tahun 2003). (Sbp)
Baca Juga : Danjen Kopassus Lantik Sebanyak 177 Prajurit Kopassus Angkatan 102
Pada awalnya, TNI sudah mendapatkan informasi intelijen bahwa ada pihak yang memasok senjata kepada opm melalui wilayah png. Saat hal itu dipertanyakan ke pemerintahan Papua Nugini, mereka menjawab tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. begitu juga pihak Australia, yang juga diduga memberikan dukungan persenjataan kepada opm, pihak Australia tetap menyanggah keterlibatan mereka dalam memasok senjata tersebut.
Kemudian, Pangdam Cenderawasih saat itu, Brigjen Raja Kamil Sembiring Meliala, mendapat laporan intelijen bahwa beberapa kali ada helikopter yang datang dengan pintu terbuka di dekat kamp pelintas batas di blackwater, dekat vanimo, png. Helikopter tersebut menurunkan bahan makanan juga peti-peti panjang yang diduga berisi senjata. Dari informasi intelijen juga tni mendapat laporan bahwa penumpang helikopter yang berkulit putih ikut dalam helikopter tersebut. Artinya, bukan orang papua ataupun png yang terlibat dalam memasok senjata kepada opm.
Kemungkinan adanya pengiriman senjata oleh pihak asing kepada opm memang tidak dapat dipungkiri, tetapi kecurigaan itu harus dapat dibuktikan.
Pangdam Cendrawasih kemudian melaporkan masalah ini ke mabes AbRI. Panglima ABRI saat itu, Jenderal LB Moerdani memutuskan untuk mengambil langkah sendiri untuk mengidentifikasi siapa dan negara mana yang melakukan hal itu. Langkah yang diambil Jenderal LB Moerdani ialah dengan cara menyusupkan pasukan komando masuk ke wilayah png tanpa permisi ataupun diketahui oleh otoritas png.
Tugas tersebut kemudian dipercayakan kepada satuan 81 Kopassandha (nama kopassus waktu itu) yang dipimpin oleh mayor infanteri Prabowo Subianto. Sasaran mereka adalah suatu lokasi di wilayah png, sekitar 50 km dari tapal batas perbatasan dengan Indonesia. Pasukan ini berangkat dari Jayapura dengan helikopter, kemudian sampai di suatu tempat dan melanjutkan misi dengan perahu karet agar tidak terdeteksi otoritas png.
Perjalanan dini hari yang dilakukan dengan menggunakan perahu karet menuju lokasi sasaran terhadang oleh besarnya ombak di perairan png. Hingga membuat seorang anggota kopassandha terluka cukup parah untuk mempertahankan perahu dari terjangan ombak. Akhirnya, satuan Kopassus ini berhasil sampai di titik pendaratan dan langsung bergerak menuju lokasi sasaran.
Pasukan komando ini segera mencari tempat-tempat yang dicurigai sebagai lokasi penimbunan pasokan senjata. tetapi, hasilnya nihil. Tugas operasi belum selesai, mereka harus bisa mendapatkan bukti seperti perintah dari Jakarta. Mereka pun melanjutkan operasi khusus tersebut. Setelah menunggu selama dua hari dua malam, akhirnya mangsa yang ditunggu pun muncul dengan cara sembunyi - sembunyi.
Dua orang kulit putih muncul dari balik rimbunnya hutan png. Mereka tanpa sadar melintasi posisi pasukan baret merah yang sedang mengintai mereka. tanpa membuang waktu, kedua pria berkulit putih ini pun ditangkap. setelah diperiksa dan diinterogasi, keduanya pun mengaku sebagai "agen" Australia. mereka juga menunjukkan lokasi tempat helikopter australia yang memasok senjata dan amunisi untuk OPM.
Baca Juga : Beginilah Kerasnya Pendidikan Menjadi Prajurit Kopassus
Kedua agen Australia itupun kemudian dibawa secara rahasia ke wilayah Papua, Indonesia. kemudian, keduanya diterbangkan dan ditahan di Jakarta. Pemerintah Indonesia memberitahukan kepada pemerintah Australia soal keterlibatan agen negeri kanguru itu dalam memasok senjata untuk OPM di wilayah png. Beberapa bulan kemudian, keduanya diekstradisi ke negara asalnya.
Tidak diketahui secara pasti, apakah benar kedua pria berkulit putih tersebut adalah agen pemerintah Australia, atau hanya bagian dari pihak - pihak tertentu di australia yang memberikan dukungan kepada OPM. sejak saat itu dikabarkan pemerintah Australia kehilangan muka karena keterlibatannya ditelanjangi oleh pasukan khusus Indonesia
Mereka tidak pernah menyangka kalau kopassus mampu melakukan operasi jauh di dalam wilayah musuh. bahkan, tidak menutup kemungkinan Kopassus juga bisa beroperasi di pedalaman Australia tanpa terdeteksi. Hal inilah yang kemudian membuat tentara asal negeri kanguru tersebut cukup memperhitungkan Indonesia bila ingin mencari masalah dengan Indonesia.
(*sumber : buku “Kopassus : inside Indonesia special forces” karya Ken Conboy tahun 2003). (Sbp)